23.5.21

RAMBUT GONDRONG = KRIMINALITAS DI SEKOLAH? #POV2


Selamat datang di POV, Point of Vocal, ini suara saya, ini pendapat saya. Kau boleh sepakat atau tidak sepakat, yang terpenting adalah bagaimana cara kita menghargai tiap-tiap pendapat. Selamat membaca.

Hal yang selalu menjadi pertanyaan besar dikepala saya ketika sekolah adalah perihal tata tertib yang entah berantah ini.
Rambut tidak boleh melebihi alis, telinga dan mungkin tidak boleh melebihi batas suci masjid, dan juga sepatu harus hitam. Sebab menurut saya kedua hal ini tidak ada sangkut pautnya dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kalau sepatu mungkin ada yang berpendapat bisa terjadi ketimpangan sosial atau golongan-golongan strata tertentu. Mau bagaimana lagi? Penghapusan strata pada sekolah di Indonesia sudah diinisiasi dengan adanya seragam (tidak memakai baju bebas seperti sekolah sekolah di film hollywood) Sampai ada penyitaan sepatu yang ketahuan memakai sepatu dengan garis berwarna non hitam atau sepatu berwarna lain. Menurut saya ini tidak penting, mengapa demikian? Markidah, mari kita bedah!

Pertama, menurut saya sepatu disini hanya berfungsi sebagai alas kaki, pelindung kaki, bukan sebagai strata sosial dan lain sebagainya. Mengapa demikian? Ya karena semahal apapun sepatu kalian, pasti kalian kalo make sepatu diinjek dong? Gamungkin kan make sepatu di tangan biar larinya kenceng? Emang mitos maen bola kampung apa begitu. Jadi gak ada korelasi antara memakai sepatu dengan corak atau garis berwarna non hitam kedalam pemahaman atau kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Kedua, sepatu juga ga keliatan kan pas kegiatan belajar mengajar? Kecuali sepatu kalian ditaro di meja baru keliatan, jadi kenapa kita harus sibuk mengurusi sesuatu yang gak keliatan ketika KBM (aktivitas utama di lingkungan sekolah).

Selanjutnya masalah rambut yang gak boleh melebihi batas-batas tertentu, menurut saya ini juga bullshit. Alasan utama yang sering digunakan adalah rambut yang panjang bikin ilmu ga masuk, rambut yang panjang nutupin ilmu dari guru, dan yang paling ngeselin adalah "Mau jadi apa kamu rambut panjang gitu, mau jadi copet? Kriminal?" Belom tau aja kriminal kriminal di senayan rata-rata rambutnya pada rapi loh. 

Kayaknya referensi guru-guru ini agak kureeeng ye, mereka belum tau Copernicus? Isaac Newton? Boyle? Ilmuwan hebat pada masanya yang rambutnya bukan lagi panjang, tapi gondrong bet gondrong itu untuk pria. Namun disini saya bukan membenarkan bahwa anak sekolah rambutnya harus panjang kayak ilmuwan-ilmuwan itu, saya hanya membalikkan argumen terkait penyerapan ilmu yang terhambat karena pertumbuhan rambut. Ada yang bilang rambut adalah mahkota, saya setuju dengan itu. Ada orang yang lebih senang rambutnya medium, medium-long agar enak untuk disisir, disertai dengan rambut klimis belah samping. Ada juga yang suka short biar gak ribet-ribet sisiran. Ini juga berpengaruh sama postur atau bentuk wajah mereka. Hal yang bikin saya makin geleng-geleng adalah razia rambut tapi guru yang bertugas gak punya basic buat motong rambut.

Pernah kan liat kayak gitu? Saya dulu juga ngalamin hal yang sama ketika kelas 12, karena masih sekolah dan mata pelaharan guru tersebut masuk kedalam mata pelajaran Ujian Nasional ya saya nurut-nurut aja. Terlebih pada waktu itu argumen saya hanya sebatas "koruptor rambutnya rapi-rapi tuh buk." Mungkin kalau dulu saya dengan lantang berkata demikian saya yakin saya langsung dibotak sama si ibunya, terus ibunya bilang "Yaudah sekarang kamu jadi abdi negara aja".

Menurut saya, kalau memang diadakan razia rambut, paling tidak datangkan ahlinya tukang cukur meskipun yang murah. Mengapa demikian, ya biar motongnya teratur, tau jenis jenis rambut, pertumbuhan rambut dan semua muanya tentang rambut. Kalo si guru yang gak punya basic yang motong ya tentu rambutnya jadi pitak kalo asal, belum lagi mereka membuka jalan perundungan bagi yang rambutnya jadi pitak ini tadi. 

"Itu tuh bisa jadi buat ngasih efek jera juga gak sih? Biar rambutnya gak begitu lagi, gak dipanjangin lagi"

Lagi lagi alasan bullshit, banyak kok cara biar jera. Mengancam memanggil orang tua karena masalah rambut juga kayaknya bikin mereka jadi takut, atau mungkin lebih tepatnya males. Mengancam nilai sikap juga bisa, gak yang harus dipotong detik itu juga dengan teknik ngawur kan? Saya dulu punya studi kasus lain, dimana ada anak yang rambutnya bervolume tapi disuruh potong lebih pendek lagi, padahal kalau di lemesin pun rambutnya ga sampai melebihi alis, telinga atau bagian-bagian lain yang biasanya ditentuin. Gara-gara bervolume doang, keliatannya emang panjang tapi sebenernya masih batas normal kok. 

Intinya bagaimanapun juga, saya kurang setuju dengan peraturan pertauran tersebut dengan alasannya yang masih sama yaitu "Mengganggu kegiatan belajar mengajar".

Terkait sepatu yang tidak terlihat ketika kegiatan belajar mengajar tapi sudah dipermasalahkan corak atau warnanya, atau terkait pemahaman siswa dengan rambut mereka. Mungkin ada beberapa pengecualian seperti rambut yang udah medium-long asal rapi, klimis, menurut saya gak masalah deh. Balik lagi ke muridnya, kalo udah rapi klimis jangan malah pamer bau pomade permen karet.

Sekali lagi ini hanya pendapat saya, kau boleh tidak sepakat atau malah sepaket dengan saya.
Stay santuy dan tetap menghargai pendapat orang lain :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar