PATAH HATI, MENULIS, DAN KOMEDI (Part 1)
Menjatuhkan hati kepada lawan jenis bukanlah suatu keharusan sebenarnya, itu hanya sebuah pilihan yang telah diberikan. Pada masa saya SMP saya pernah melakukan itu 2-5 kali, dimana 2 diantaranya berakhir pacaran lalu putus pada saat kelas 8. Dulu saya pikir pacaran terlihat keren saja untuk ukuran anak remaja yang baru merasakan pubertas. Mungkin dulu saya memang merasakan menyukai beberapa orang tersebut, namun saya lupa apakah saya benar-benar jatuh cinta atau hanya sekadar kagum belaka. Setelah 2 kali hubungan yang kandas itu saya berhenti untuk memikirkan perihal pacaran atau apapun itu.
Kisah ini berlanjut memasuki fase dimana saya sudah tidak perduli lagi dengan PDKT dan lain sebagainya, karena sepertinya di era-era pubertas itu saya lebih sering menghabiskan waktu di warnet seperti anak remaja pada umumnya. Bermain game online dari pagi hingga sore, bahkan malam. Tidak ada waktu untuk sekadar chatingan dengan cewe-cewe seumuran. Lalu beranjak memasuki ke masa putih abu-abu. Saya tertarik kembali untuk ya sekedar berinteraksi dengan cewe-cewe seumuran, terlebih ketika masa MOS waktu SMA saya satu gugus dengan salah satu gadis yang pada akhirnya membuat saya jatuh cinta pada pandangan pertama. Gadis ini mungil, senyumnya menawan dan suaranya sedikit cempreng. Namun dia pandai menyanyi, dia hebat menyanyi. Saya memanfaatkan kesempatan MOS ini sebagai masa PDKT sebelum hari penjurusan tiba.
Ketika masa MOS masih berjalan, kita diberi bocoran informasi mengenai puncak acara diakhir pekan. Akan ada penampilan semua gugus MOS, serta penampilan ekstrakulikuler di SMA saya, dan tentunya kita harus berlatih untuk itu. Satu hal yang mungkin masih melekat adalah ketika itu kita sedang menyusun formasi untuk penampilan, dan beruntungnya saya, saya berada dekat dengan si gadis mungil ini. Saya berada tepat dibelakangnya. Hal yang mungkin tidak akan pernah saya lupakan adalah sepatunya. Sepatu yang selalu menginjak kaki saya setiap latihan ketika menyusun formasi. Lalu entah darimana saya selalu melihat sepatu-sepatu yang melintas, dan akan menatap ke seseorang yang memakainya apabila saya sudah melihat sepatu si gadis mungil tersebut.
Terdengar sedikit aneh mungkin, namun itu yang terjadi selama masa MOS dan juga setelah penjurusan, karena saya masih PDKT dengan dia ketika sudah diumumkan kelas penjurusan. Setelah masa PDKT yang terbilang singkat dan minim perjuangan karena memang saya benar-benar kosong tentang bagaimana cara PDKT yang baik dan benar. Mungkin kalau Raditya Dika menulis buku perihal bagaimana cara PDKT yang baik atau cara memikat hati lawan jenis berdasarkan weton, saya pasti akan menabung untuk membelinya.
Singkat cerita saya sudah jadian dengan si gadis mungil ini, ada perasaan campur aduk kala itu. Sebab, bisa dibilang dia primadona kala itu. Sedangkan saya? Sepertinya lebih mirip jongos sekolah. Kadang minder ketika duduk dekat atau ngapel dengan dia, takut disangka "ini pembantu siapa kok dipakein seragam SMA?"
Pada masa itu, saya sangat suka sekali membaca, terutama membaca riddle atau novel yang ada dirumah. Sebenarnya saya sudah senang membaca sejak kecil karena bacaan saya waktu kecil adalah koran olahraga yang selalu dibeli ayah sepulang kerja. Namun intensitas saya membaca makin tinggi saat itu, entah kenapa.
Entah bagaimana ceritanya, yang saya tau waktu itu saya benar-benar mencintai si gadis mungil ini, dari mulai tatapan pertama sampai pada detik dimana saya sudah menjalin hubungan dengan dia. Entah karena saya yang sudah lama tidak menjalin hubungan atau entah karena apa tapi yang saya rasakan demikian. Seolah bahwa kita adalah pasangan paling bahagia.
Lalu, petaka itu muncul. Gadis mungil itu berjalan meninggalkan saya sendirian. Saya masih tidak percaya, saya pikir ada yang salah dari dia. Bagaimana mungkin saya yang tulus ini tiba-tiba dikagetkan dengan berita itu, deklarasi perpisahan kami. Terjadi ketika pulang sekolah, saya masih belum ganti baju, belum merapikan tas, mengeluarkan buku-buku, masih mengenakan seragam SMA lengkap
Jujur, sebenarnya seperti kebanyakan pasangan, saya tidak ingin pisah dengan si gadis mungil ini. Gadis yang selama masa orientasi sekolah tidak pernah bikin saya tidur dengan pulas, saya selalu membayangkan hal indah tentang gadis mungil itu ketika menjelang tidur. Berandai bahwa esok pertemuan kita akan terjadi lagi dan mungkin saja pertemuan esok bisa mengantarkan saya menjalin hubungan yang lebih dekat dengan si gadis mungil ini.
Hari demi hari berlalu, saya masih bersikap tegar menjalani hari-hari yang mungkin sudah tidak sama lagi. Saya masih ingat pada tahun itu, kisaran 2015-2016 ketika itu kompetisi stand up comedy di TV Nasional sangat booming. Saya pun sering menontonnya di tv, mendengarkan para komika (sebutan untuk pelaku stand up comedy) menceritakan kisah pilunya yang dibalut ciamik dengan tawa. Sebelumnya saya sudah mengetahui tentang seni komedi ini, namun saya minim informasi terkait jadwal kompetisi dan segala seluk beluknya, lalu pada tahun ini lah saya jadi mulai mencari-cari tentang seluk beluk seni komedi ini.
Setelah perpisahan kami, saya masih sering untuk melihat stand up comedy di YouTube atau televisi, saya juga masih suka membaca. Namun kali ini bacaan saya sedikit romance, mungkin efek patah hati. Lalu perlahan saya mulai merambah dunia kepenulisan, berbekal patah hati pertama di SMA dan mungkin beberapa diksi yang jarang orang awam ketahui yang mana saya ketahui dari buku bacaan, saya memutuskan untuk, ya, menulis apapun yang saya dirasakan melalui caption, entah itu di instagram atau di whatsapp.
Saya dulu hancur sekali ketika mengetahui perpisahan kami hanya dikarenakan saya terlalu baik untuk dia, sebab kenakalan seperti apa yang bisa anak SMA lakukan? Maling motor? Korupsi uang kas? Maling sepatu temen pas ganti seragam olahraga? Yang ada saya dimutasi dari sekolah ke penjara. Tahun 2016 memang masih sering jokes-jokes tentang "kamu terlalu baik buat aku". Jadi saya lumayan sensitif dengan becandaan seperti itu. Mengapa? Ya karena saya memang mencintai si gadis mungil ini sepenuh hati, terlepas dari penampilan kami yang seperti cinderella dan jongos sekolah, namun entah mengapa saya memang benar-benar menjatuhkan hati pada dia.
Masa-masa itu memang benar-benar bikin saya berantakan, makan tidak teratur, tidur juga, berdampak pada berat badan saya yang makin bertambah dan juga proses penyerapan materi di sekolah karena saya sering ngantuk. Mungkin kalian akan bilang ini konyol, lebaylah, alay (teriaklah sesukamu) hanya karena 1 gadis. Tapi memang itu realitanya bukan? Kita lebih mudah merasakan ketidakberesan dalam hidup kalau menyangkut masalah emosional.
Terlepas dari bagaimana rasa sakit atau kekecewaan itu muncul, perlahan saya sudah mulai berdamai dengan diri saya, dengan situasi yang saya alami pada saat itu. Saya lebih sering upload sesuatu tentang patah hati, kekecewaan, kehilangan, atau bahkan tentang cinta-cintaan. Meskipun branding saya di media sosial dicap sebagai menye menye namun saya menemukan apa yang saya senangi, menulis. Saya juga makin gencar, melihat-lihat bagaimana perkembangan stand up comedy. Saya jadi makin tau kemana hati yang telah patah ini akan saya bawa keliling dunia untuk recovery.
*Saya masih berhubungan baik dengan gadis mungil ini sampai sekarang, cinta pertama saya pada masa putih abu-abu.
**Catatan ini masih akan berlanjut, kita masih akan bersua lagi. Mungkin dengan alur atau setting yang tidak terlalu jauh dari yang ini. Semoga berkenan membaca, inilah cakalang, catatan kegiatan dan petualang dari saya, Aditya. Terimakasih dan selamat membaca!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar