
Kadangkala ketika hidup menjadi begitu brengsek, kita akan merasa bahwa dunia ini isinya hanya drama gak jelas, hanya orang-orang munafik dan bajingan, diisi oleh mereka-mereka yang menyebalkan. Tanpa di sadari ketakutan dan segala kekhawatiran itu membuat kita terlalu muak untuk bertahan hidup. Maka, seringkali muncul pikiran bahwa kita tidak pantas mendapat semua kebaikan yang ada di muka bumi ini. Jika sudah berada di fase demikian, maka perlahan tapi pasti akan muncul perasaan ingin mengakhiri hidup. Dengan cara apapun itu, namun jangan mati sebelum kamu menemukan dia. Siapa dia? Cari Manusia Itu.
Ketika kamu berada di titik yang menurutmu sangat rendah, entah itu tekanan bekerja, karir yang tak kunjung tiba, urusan asmara ataupun keluarga, serta krisis identitas yang tak kunjung selesai di usia yang ke dua puluh lima. Jangan mati dulu. Sesuai judul tulisan ini, cari manusia itu. Cari dia ketika hidupmu di unjung tanduk, cari dia ketika dunia terlalu brengsek dan terlalu membuatmu remuk, cari dia ketika dunia terlalu busuk.
Cari manusia itu, manusia yang tidak akan menghakimi ceritamu. Cari manusia itu, manusia yang akan membuatmu berpikir "ternyata hidup memang demikian dan ternyata aku sudah sekuat ini untuk terus bertahan". Cari manusia itu, manusia yang ketika kamu datang kepadanya dalam 10 detik pertama ia hanya akan membuatmu bersyukur karena telah bertahan sejauh itu.
Mungkin saya bukan guru, motivator ulung atau bahkan mungkin saya hanya bocah kecil yang masih terlalu muda untuk membicarakan perihal kehidupan dibanding kalian para pembaca. Namun, hidup bukan perihal perlombaan bukan? Bukan perihal siapa yang menang dan kalah, bukan perihal siapa yang lebih tua? Bukan perihal benar dan salah. Hidup perihal menghargai apa-apa yang melekat pada orang lain. Jadi mungkin entah tulisan ini menurutmu benar atau salah kau bisa merevisinya di kolom komentar.
Saya juga tidak bisa mengetahui seberapa tau dan paham perihal masalah hidup kalian, jadi untuk kalian yang sudah bertahan sejauh ini, peluk hangat nan jauh dari sudut kota Malang, di sudut ruang kamar kosan ini. Ketahuilah bahwasannya, setiap pilihan dalam hidup kita akan membawa kita pada konsekuensi dengan resiko yang bervariasi, pun memilih salah satunya akan menghantarkan kita pada pintu-pintu takdir yang masih abu-abu.
Untuk permasalahan apapun yang ada di hidup kalian, berceritalah. Cari manusia itu, yang kepada dia kau tak malu untuk mengeluarkan rasa, yang kepada dia kau tak malu untuk dihakimi tindak tandukmu sebagai manusia, yang kepada dia kau tak pernah merasa dihakimi seperti cara kerja dunia. Kita semua hanya butuh diterima ketika bercerita. Lalu pikiran untuk mengakhiri hidup akan hilang begitu saja. Percayalah, kita semua takut akan mati, tapi kita lebih takut akan sepi. Kita takut akan dunia yang semakin tidak memiliki empati.
Jadi teruntuk kawan-kawan yang pernah berpikiran akan mengakhiri hidup, jangan terburu-buru biarkan Tuhan yang melakukannya melalui perantara malaikat maut. Tidak usah merasa tidak enakan dengan beliau, sebab sudah seharusnya ia menjalankan tugas. Bayangkan di singgasana surga, Tuhan murka kepada malaikat maut karena ia tidak melakukan tugasnya. Bayangkan ketika di singgasananya Tuhan mendengar malaikat pembagi rezeki berkata kepada malaikat maut "Woii lagi santai kawan? Woyo." Bayangkan jika itu terjadi.
Kalau kawan-kawan bingung mengenai gambar tulisan ini yang memiliki gambar bunga di samping kanan kiri dan ditengahnya ada titik koma (semicolon) maka berikut akan saya beri penjelasan beserta dengan sumber tertera. Perihal bunga, kayaknya karena saya suka aja dan ya bagus aja. Saya soalnya gabisa ngedit bagus-bagus, jadi cuma potong tempel potong tempel gambar aja.
Diambil langsung dari website Gramedia (https://www.gramedia.com/literasi/semicolon/)
Simbol semicolon adalah suatu gerakan yang membantu penderitanya dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami. Project Semicolon menjadi motor penggerak untuk menyebar luaskan gerakan ini di tengah masyarakat yang dinamis melalui dunia maya. Insiator Project Semicolon pertama kali dicetuskan oleh Amy Bleuel pada April 2013 yang depresi setelah kematian orang tuanya yang bunuh diri.
Seperti dibahas di bagian atas, semicolon juga menjadi lambang gerakan kesehatan mental bernama Semicolon Project. Mengutip penjelasan yang ada situs New Jersey, Semicolon Project adalah gerakan yang didedikasikan untuk menghadirkan harapan bagi mereka yang sedang berjuang dengan masalah kesehatan mental, seperti keinginan bunuh diri, melukai diri sendiri, hingga kecanduan.
Gerakan semicolon memiliki moto khusus sebagai berikut:
“Sebuah titik koma digunakan ketika seorang penulis bisa saja memilih untuk mengakhiri kalimat mereka, tetapi mereka memilih untuk tidak mengakhirinya. Penulisnya itu adalah kalian sendiri dan kalimat tersebut adalah hidup kalian”.
Alasan organisasi bersangkutan memilih simbol “titik koma” karena simbol itu digunakan ketika penulis seperti memilih untuk mengakhiri sebuah kalimat, tetapi ternyata tidak jadi. Ibaratnya, penulisnya adalah dirimu sendiri dan kalimatnya adalah hidupmu. Begitu pula maksud tato “titik koma” ini. Dia menjadi sebuah representasi fisik dari kekuatan seseorang dalam perjuangan batinnya.
Temukan dia yang tidak pernah menghakimimu, Cari Manusia Itu.
Aksara Segara
Terima kasih untuk tulisannya, terima kasih penulis. Semoga para pembaca tetap hidup. Jangan lupa untuk mencari orang itu.
BalasHapusTetap hidup ya, masih banyak hal-hal baik di ujung sana.
Hapus