Kalau kawan-kawan membaca judulnya lalu percaya, maka maaf kalian semua tertipu. Tapi tunggu, jangan terburu-buru untuk meninggalkan tanpa membaca utuh. Saya berani bilang 100% bahwa tidak ada panduan menghadapi perpisahan di dunia ini bahkan dalam bahasa apapun, sebab tidak ada orang yang siap dengan perpisahan. Percayalah kawan-kawan, saya lebih suka menghabiskan berbicara panjang lebar daripada harus menulis, jadi kalau kawan-kawan ingin berinteraksi melalui media apapun, saya cukup terbuka, tidak usah khawatir. Saya jamin bahwa kita hanya akan berbincang tentang masalah masalah yang terjadi tanpa satupun kata untuk menghakimi. Saya lebih suka bercerita sampai berbusa daripada menulis puluhan ribu kata, karena jujur sangat melelahkan.
Setelah sekian lama tidak membuka blog dan merawatnya seperti anak sendiri, rasanya saya berkhianat pada dunia yang telah membawa saya ada di titik sekarang. Dunia menulis, segala hal berbau aksara, literasi, bahasa, sastra atau apapun kalian menyebutnya. Tahun ini saya juga ingin mengakhiri kutukan atau pola ketika berada di tahun genap, saya hanya menulis 1 bahan bacaan di blog ini, bayangkan selama 365 hari saya hanya menulis sesuatu yang hanya selesai dibaca dalam hati selama kurang dari 5 menit. Ironis sekali, padahal saya ngakunya ingin jadi penulis.
Tahun ini banyak sekali naik turunnya, entah apa yang akan terjadi nanti. Tapi saya berharap hal-hal baik akan selalu mendekati, sebab di dunia yang keras ini kebaikan adalah satu-satunya hal yang bisa saya tawarkan sebagai manusia biasa. Semoga kalian pun berprinsip demikian. Mari kita mulai, menjelajah bulan demi bulan di tahun 2024 ini.
Januari, tidak ada yang spesial selain pada akhirnya saya melaksanakan seminar hasil dari skripsi. Namun itu cukup berkesan sih, 6 bulan penantian hanya untuk seminar hasil haha. Selain itu, hidup juga berjalan seperti biasa, saya masih bekerja sebagai juru masak di salah satu kedai kopi yang ada di Sudimoro. Mungkin januari hanya berisi perihal seminar hasil di awal bulan dan hubungan yang mulai menemui badainya. Iya, awal mulai perpisahan itu nampaknya bermula dari sini.
Februari, terlena dengan seminar hasil dan libur semester menjadikan bulan Februari ini tidak ada pencapaian apapun selain menemui keputusan bahwa akhirnya saya kembali menjadi manusia yang sendiri setelah saya dan dia memutuskan untuk tidak bersama lagi. Yap, sial memang. Kesialan ini ditambah lagi dengan pemilu yang tidak jelas. Percaya atau tidak rasanya pemilu setiap masanya akan semakin membludak urakan. Mulai dari komentar sentimen antar pendukung paslon, konten nir empati antar pendukung paslon dan lain sebagainya. Kala itu, lagu Bernadya yang berjudul Satu Bulan seolah menjadi nationality anthem bagi saya yang baru saja mengalami patah hati.
Sial memang, banyak fase yang akhirnya terjadi di bulan Februari dan setelahnya. Hal yang mungkin hanya akan terjadi sekali seumur hidup saya, menangis dan mengemis kepada perempuan. Ya, manusia yang mirip kaca cembung helm bogo ini menangis hanya karena perempuan.
Namun, pada akhirnya saya mendapati titik tertinggi dalam hubungan emosional dengan orang tua terutama ibu. Beliau berpesan "Sudah, nanti kalau jodohnya pasti kembali. Kalau tidak pun, pasti akan diganti yang berkali-kali lipat baiknya." Di titik yang sekarang, alhamdulillah-nya saya tidak ingin dia kembali. Bukan karena saya membenci dia, tapi karena saya sadar dia sudah bersama orang lain. Jadi, halo mbak! mungkin kamu akan baca ini (atau mungkin engga baca, tapi yaudahlah nyempil dikit) mungkin telat, tapi selamat berbahagia untuk hubungan barumu, semoga di depan akan ada banyak hal baik untukmu.
Jadi mari kita beralih untuk menjadi pribadi yang lebih bahagia dari kemarin. Mari menjadi pribadi yang lebih bernilai bagi sekitar. Tapi dari sekian banyaknya doa perihal menjadi manusia yang lebih baik ini, ternyata sulitnya bukan main. Banyak sekali hal-hal yang ternyata harus dikorbankan untuk itu. Untuk itu, mari berlanjut ke bulan Maret.
Maret. saya rasa bulan ini menjadi titik balik saya menemukan tujuan hidup saya. Ternyata menua bersama dia bukan tujuan hidup terbesar saya. Ternyata tujuan terbesar saya adalah bermanfaat bagi sekitar, lebih peka terhadap sekitar. Mungkin kala itu saya merasa bahwa permasalahan asmara ini mengganggu fokus saya dalam menghadapi sidang skripsi dan masalah lainnya. Tanpa saya sadari banyak sekali orang-orang di luaran sana yang ditempa lebih keras dari saya, tapi tidak seberisik saya waktu itu. Di bulan ini saya mulai gemar berkeliling Malang lagi setiap sore untuk ngabuburit dan setiap dini hari untuk mencari teman ngobrol di kedai kopi keliling pinggir jalan. Banyak sekali hal-hal yang membuat saya kagum dengan orang-orang ini, menghabiskan hidupnya di jalanan. Menghabiskan hidupnya untuk rezeki yang naik turun tidak karuan.
April, di bulan ini mulai merasa sepi dengan hidup yang masih begitu saja. Oh iya, bulan ini adalah bulan terakhir saya bekerja menjadi koki. Aghhh, kalau diingat-ingat saya benar-benar merindukan masa ketika kerja di dapur. Selama bulan Februari-April saya terlalu sering tidak masuk dan tidak fokus dalam bekerja, lalu daripada membuat masalah berkelanjutan maka saya memutuskan untuk tidak memperbarui kontrak dengan kedai kopi tersebut meskipun Head Store kedai kopi tersebut rasanya tidak mempermasalahkan kondisi saya. Padahal waktu itu tidak hanya diguncang oleh kisah asmara, namun baik keluarga dan kuliah ini terlalu banyak masalahnya haha. Ya begitulah hidup, kadang kita bingung ingin menemukan jalan tengah untuk masalah yang mana, namun masalahnya telanjur bertambah.
Mei, bulan kelahiran saya, ya saya adalah Taurus Mei ahaha. FYI ketika ultah, ibu dan kakakku adalah orang pertama dan kedua yang mengucapkan, lalu mungkin beberapa kawan di media sosial. Kemudian mba mantan, yap dia masih ingat, padahal tidak ingatpun ya tidak apa-apa, toh itu hanya hari biasa bukan? Sialnya, aku menjalani bulan Mei dengan ketidakberdayaan menghadapi 5 minggu yang terasa begitu lama. Mungkin beberapa aktivitas baru mulai berjalan dengan lancar. Olahraga sore, berhenti minum kopi di malam hari, selalu sarapan, bangun pagi buta, melakukan ibadah-ibadah kecil yang dulu bahkan tidak terpikir dan mungkin mencoba mencari produktivitas lain setelah tidak bekerja. Tentu saja fokusnya tertuju pada persiapan sidang skripsi. Sepertinya tidak ada hal yang bagus di sisa bulan Mei, saya masih merasa sepi dan masih berharap untuk balikan, iyaa. Sudah 3 bulan berlalu dan manusia satu ini masih tidak sadar diri juga.
Juni, singkat cerita sidang skripsi dan revisi. Sudah mulai menikmati menjadi manusia biasa yang rutinitasnya itu-itu saja. Bersyukur meskipun terbantai tapi paling tidak, gelar S.Kel sudah saya kantongi pada hari itu. Mulai mencari kesibukan baru yang lebih produktif, namun sepertinya yang saya dapati adalah membuat video instagram story yang menjadi rutinitas positif untuk terus mengasah perbendaharaan kata dalam Bahasa Indonesia yang saya miliki. Di titik ini, sepertinya sudah mulai gusar dengan kesendirian, melihat teman-teman yang lain memiliki pujaan hati untuk setiap lelah yang mereka jalani sehari-hari, sedang saya masih saja begini.
Juli, akhir bulan ini akhirnya saya melakukan Yudisium. Yap, akhirnya lulusnya juga. Saya semakin dekat untuk meninggalkan kota ini, yang membersamai perjuangan studi saya selama 5 tahun. Sialnya, 5 tahun ini berbarengan dengan pemilu. Jadi, kalau ada orang bertanya kepada saya "kamu kuliah berapa tahun?" saya tidak akan gamblang menjawab 5 tahun, saya hanya akan menjawab "Dari Pak Jokowi ke Pak Prabowo lah". Sepertinya tidak ada yang spesial juga di bulan ini, kecuali saya memulai petualangan baru sebagai ojek tidak resmi, alias ya sekadar mengantar dan jasa titip tadi tidak dinaungi oleh korporasi apapun seperti GoJek, Grab, Maxim ataupun ShopeeFood. Jadi ya hanya sekitaran wilayah kampus saja, lumayan untuk menambah uang saku bertahan hidup hahaha. Sepertinya setelah lulus orientasi saya adalah bagaimana menghasilkan uang, itu saja. Sebab mau bagaimanapun kita butuh uang untuk bertahan hidup, kecuali kamu anak presiden yang bisa maju jadi pejabat tinggi di negara ini, ups.
Agustus, bulan kelahiran mba mantan jatuh di bulan ini, dan tentunya saya mengucapkan. Jangan berpikiran yang tidak-tidak dulu, saya mengucapkan sekadar membalas kebaikan dia yang telah mengucapkan ulang tahun di bulan Mei untuk saya. Petualangan saya menjadi ojek sepertinya semakin mahir, berbekal pernah bekerja sebagai kurir saya cukup lihai dalam mengantar pesanan namun untuk ojek antar jemput saya sedikit kaku, karena ya kebanyakan penggunanya adalah perempuan. Makhluk yang sampai sekarang masih saya bingungkan, mau ngajak ngobrol takut dikira sok asik, kalau diem aja takut dikira nahan poop. Tapi lambat laun pada akhirnya ya belajar basa basi, sampai akhirnya saya mengambil tawaran untuk antar jemput selama hampir sebulan lamanya. WOW. Ternyata mengantar ke salah satu sekolah menengah yang ada di Dieng. Nampaknya habit terbaik saya semakin menjadi-jadi dan berfungsi dengan baik. Bangun dini hari, ibadah dan menangisi dosa, lalu menunggu matahari terbit kemudian jadi mas-mas ojek begitu saja sampai tulisan ini ditulis dan dipublish. Rasanya kenikmatan hidup datang ketika akhirnya saya berhasil untuk terbiasa apa-apa sendiri lagi dan mulai terbiasa tidak peduli dengan patah hati kemarin.
September, sepertinya hal-hal baik terus datang di bulan ini. Entah kenapa menjalani kehidupan setelah yudisium sedikit melegakan dan menenangkan meskipun ya masih harus berjibaku untuk melamar kerja. Tapi paling tidak, untuk saat itu dan sekarang, saya senang menjalaninya, bangun pagi sebagai mas-mas ojek, kembali ke kos menjadi bapak rumah tangga, siang-sore menjadi mas-mas ojek lagi, lalu malam yang tinggal merebah lelah saja tiba-tiba kepikiran kalau ada yang bertanya "gimana harinya?" hashhh. Ternyata hidup sendirian itu memang bertahan sampe isya' selebihnya kita semua butuh di utututu.
Berhenti sampai bulan lalu saja, sebab di bulan Oktober saya masih menjadi mas-mas ojek dan Sarjana Kelautan official. Yash, akhirnya jadwal wisuda saya sudah keluar. Semakin dekat untuk meninggalkan kota ini sekalipun masih belum ada panggilan kerja, tapi ya gapapa namanya juga hidup kita akan selalu berpindah, entah itu perihal kerja, rumah atau manusianya.
Ketika berada di fase saat ini dan melihat bagaimana perjuangan berdarah-darah saya untuk pulih dari patah hati kemarin rasanya saya bisa simpulkan melalui 5 fase kehilangan yang sudah terkenal itu.
5 Fase Kehilangan (5 Stages of Grief) itu meliputi:
- Penolakan (Denial)
- Kemarahan (Anger)
- Berandai-andai/Menawar (Bargaining)
- Depresi (Depression)
- Penerimaan (Acceptance)
"Kalau dengan kehilangan orang lain kamu jadi menemukan dirimu sendiri, maka selamat. Kamu tidak kalah oleh siapapun. Kamu adalah pemenang yang sesungguhnya."

Tidak ada komentar:
Posting Komentar