27.4.23

Malam #Cerpen

 



Orang selalu bertanya perihal kenapa? Mereka hanya ingin sebuah alasan. Mereka hanya ingin sebuah jawaban singkat. Padahal bagi saya, pertanyaan bagaimana lebih penting dari kenapa. 
Di hari tatkala saya mengalami kecelakaan semua bertanya "kenapa saya bisa terjatuh?" saya hanya menjawab karena lampu jalan, aspal dan ban motor saya tidak sinkron. Sudah. Pertanyaan klise, batinku.

Mereka tidak akan pernah bertanya bagaimana saya bisa jatuh padahal itu adalah jalanan yang sering saya lalui di pagi atau sore hari. Saya akan menjawabnya dari seorang perempuan yang saya lihat telah memadu kasih malam itu. Penyebab dari lampu jalan yang terasa remang, penyebab aspal yang terasa licin sehabis hujan, penyebab ban motor saya yang juga sudah licin.

Menjatuhkan hati pada ia yang belum selesai dengan masa lalu adalah hal terbaik dan terberat bagi saya. Saya memanggilnya Puan, teman masa lalu yang berkat takdir kita dipertemukan kembali. Saya tau ia tidak memiliki rasa terhadap saya, karena pemilik rumahnya telah lama pergi dari kota ini di masa lalu. Sebab dari situ saya mencoba memberanikan diri, mencoba menjadi pemilik rumahnya yang baru. Awalnya mungkin terasa berat, saya masih menemui kepingan sisa dari memori Puan bersama dengan sang Tuan itu.

Sampai suatu ketika, ia mulai luluh. Kini, telingaku lebih sering ia pinjam untuk bercerita. Kini, nasehatku lebih sering ia minta. Kini, bahuku lebih sering ia gunakan untuk merebah lelah. Saya pikir saya bisa menggantikan sosok Tuan. Namun, di malam itu, saya sadar bahwa ternyata Puan merespon saya hanya karena ia butuh sosok Tuan. Mungkin selama ini yang Puan lihat di saya adalah sosok Tuan yang telah lama jauh. Kini ia kembali, pemilik rumah Puan sebenarnya. Tuan yang akan bersanding dengan Puan, bukan? Sebuah kisah romansa yang ideal.

Saya dan Puan telah berjanji akan menikmati malam di taman, melihat anak anak berlarian, muda mudi dengan gelora asmara, penjual kopi keliling dan bulan yang sedang megah. Namun Puan tak kunjung datang, malam lebih dingin dari biasanya. Rintik mengundang kami semua yang berada di taman untuk pulang atau sekadar mencari tempat berteduh, pun dengan saya.

Sampai saya ketahui bahwa Puan sudah kembali pulang ke rumah bersama Tuan, sedangkan saya hanyalah tempat berteduh untuk hati yang pilu. Semenjak malam itu, saya harus memastikan apabila ingin mencintai Puan Puan yang lain. 

"Apabila kau mencintai seseorang, pastikan bahwa kau mencintai dia seorang diri. Bukan paket lengkap dengan masa lalunya." –Anonim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar