FINALLY KENA COVID
2 Agustus 2021 - Bersin bersin, batuk dan demam tinggi
3 Agustus 2021 - Nyeri, bersin-bersin, batuk, demam tinggi (Ke Dokter)
4-5 Agustus 2021 - Masih dengan gejala yang sama
6 Agustus 2021 (pagi) - Kehilangan penciuman (anogsia) dan tes SWAB Antigen
6 Agustus 2021 (siang) - hasil keluar dan menunjukkan hasil yg positif dan mulai kehilangan indra perasa (untuk makan rasanya hambar)
7 Agustus 2021 (pagi) - Tes PCR
7 Agustus 2021 (malam) - Hasil keluar dan lagi lagi menunjukkan hasil positif
9 Agustus 2021 - Dijemput ambulan untuk karantina di rumah karantina yang ada di Kota Pasuruan
19 Agustus 2021 - RESMI pulang dari rumah karantina dan masih memilih isoman hingga akhirnya memutuskan untuk menuliskan cerita ini.
Tulisan ini saya buat untuk memberi pemahaman pada kalian kalian yang tidak percaya covid dan menghasut serta teruntuk kalian kalian yang masih berjuang disana (positif) maupun yang sudah ditinggal pergi orang orang tercinta.
Diatas tadi adalah timeline dimana saya didiagnosis COVID-19, saya akan menceritakan latar belakang dan bagaimana akhirnya saya fight untuk itu.
Singkat cerita sebelum tanggal 2 Agustus saya sempat memutuskan untuk ke Malang karena ada acara relawan di kampus. Sepulang dari situ (1 Agustus 2021) sehari setelahnya saya baru bergejala, saya berpikir mungkin saya terpapar ketika berada di Malang meskipun menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan juga tetap di kosan karena ya tidak ada tujuan bermain atau teman disana ya saya memutuskan untuk diam saja dikosan.
Dulu saya melihat berita COVID-19 dimana-mana dan rata-rata jaraknya masih jauh dari lingkungan sekitar saya. Mulai dari orang di kota-kota besar, public figure, dan pekabat. Makin kesini lingkungan sekitar saya mulai terserang, teman-teman saya, kerabat saya, keluarga teman saya dan pada akhirnya saya dan keluarga juga terserang. Tidak terasa hampir setahun lebih baru akhirnya COVID-19 mendatangi saya.
Saya dikarantina di salah satu hotel yang dijadikan rumah karantina oleh pemerinta setempat. Sekitar 10 hari saya berada di sana, beserta ibu dan kakak saya. Beruntungya ayah saya negatif ketika di tes antigen. Meskipun bosan sekali berjibaku dengan rutinitas yang membosankan di sana dan hanya mengandalkan hp yang minim game dan hiburan.
Namun 10 hari di sana mengajarkan banyak pelajaran yang ga akan pernah bisa dilupain. Mulai dari keluarga utuh yang ada di sana, orang tua yang rela menunda pulang demi bersama anaknya beberapa hari lagi (karena masuk di tanggal yang berbeda), tenaga kesehatan yang ramah dan berjuang dengan APD lengkapnya, serta bagaimana memaknai kemerdekaan meskipun harus bersama sama dengan penyintas lainnya.
Berikut beberapa potret keabadian penyintas dan juga tenaga kesehatan ketika memaknai hari kemerdekaan Indonesia, pada 17 Agustus 2021



Tidak ada komentar:
Posting Komentar