Saya pernah kepikiran kalau suatu hari nanti, ketika saya sudah berkeluarga saya masih inget sama orang di masa lalu. Orang yang mungkin gak akan pernah bisa saya milikin. Bukan karena kita berdua gak saling suka. Namun, karena semesta hanya ingin mempertemukan kita berdua layaknya orang biasa.
Lalu bayangan bayangan itu mulai mengambil alih diri. Wangi tubuhnya, kado yang diberikannya, hari ulang tahunnya, warna favoritnya, band kesukaannya dan kartun favoritnya masih saya hafal di luar kepala. Lalu, tanpa sadar saya kembali memutar memori-memori indah ketika semesta mempertemukan saya dan dia dengan berbagai situasi yang gak pernah saya duga.
Bertemu di parkiran sekolah, ikut organisasi yang sama, belanja di minimarket yang sama, nonton konser berdua, dan tanpa kalian sadari semuanya terjadi dibawah cakrawala yang sama. Dibalik semburat jingga yang merona.
Beberapa kali akhirnya saya menghela napas, mengatur detak jantung untuk mengingat dengan jelas. Bahwa mungkin dia hanya sekadar sosok yang sudah seharusnya saya lepas dengan ikhlas.
Sampai saya sadar, bahwa kedatangan orang-orang di hidup kita memang banyak memberi warna. Perihal hitam yang kelam. Merah yang patah. Putih yang mati. Biru yang kelabu. Paling tidak dihidup saya, dia memberi berbagai warna. Perihal patah, cinta, kelam dan kelabu semuanya menjadi satu.
Sampai saya berada di titik, "Tuhan, terimakasih untuk pertemuannya. Saya mengerti mengapa Engkau membawaku mengarungi samudra yang tak kutemui ujungnya. Terimakasih telah menjadi kompas dan ilmu pengetahuan untuk segala ketidaktahuanku."
Lalu saya menyadari bahwa hidup harus terus berjalan, dengan atau tanpa dia. Hidup harus terus bergerak, meski kadang perasaan saya telanjur mengerak. Sebab, dipertemukan dengannya adalah kisah paling indah dalam hidup manusia biasa.
Sehat dan bahagia selalu, ya~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar