BULAN KE-13, BULAN KEHILANGAN
Semua bermula ketika 2016 mungkin, ketika itu semuanya berjalan seperti biasa. Aku adalah murid SMA seperti kebanyakan anak SMA pada umumnya. Menjadi murid baru ternyata tidak semenyenangkan apa yang terlintas seperti sinetron-sinetron romantis di TV. Belum genap satu bulan di sekolah baru ini, aku sudah harus berjibaku dengan patah hati.
Yap, seperti yang kalian pikirkan patah hati ini terjadi di bulan Agustus. Satu kejadian ini belum pantas bukan untuk disebut sebagai bulan kehilangan? Awalnya aku hanya berpikir bahwa mungkin ini hanya kebetulan belaka sampai kalo diingat-ingat lagi beberapa kisah patah hati ini muncul ketika bulan Agustus. Bulan Agustus, bulan kemerdekaan, aku sempat berpikir bahwa bulan kemerdekaan ini adalah kemerdekaan juga bagi hubungan-hubungan yg sedang aku jalani.
Singkat cerita, Agustus 2016 telah usai. Kini berganti menjadi Agustus 2017. Masih memikirkan hal yg sama, belum terlampaui untuk berhasil melupakan kenangan di Agustus 2016, aku masih ingat ketika itu tahun tahun pertama menuju tahun kedua di SMA aku sedikit menutup diri, entah bagaimana ceritanya ketika tahun kedua, akhirnya aku menemukan lagi satu sosok dimana dia yg mampu membantuku melupakan perihal kenang-kenang di tahun 2016.
Dia yg pada akhirnya membuatku mampu bertahan selama hampir 3 tahun mungkin, atau bahkan sampai sekarang. Dipertemukan olehnya mungkin menjadi salah satu hal yg luar biasa, aku jadi lebih mampu untuk bertahan dalam 1 pilihan yg aku sendiri juga gatau apakah masih bisa bertahan meskipun tidak sesuai keinginan. I think, Agustus 2017 bukan lagi menjadi bulan kehilangan bagiku, tapi lebih ke bulan penemuan. Sebab, pada dasarnya kita sebagai manusia selalu menginginkan hilang, lenyap, tidak ada dari muka bumi. Padahal, yg sebenernya kita butuhkan adalah ditemukan.
Berlanjut ke Agustus 2018 aku masih mengagumi 1 sosok yang kutemukan di Agustus 2017. Sudah berjalan 1 tahun bukan? Sepertinya tidak ada yang spesial sampai pada akhirnya pada 2019 saya lulus dan menjadi seorang mahasiswa. Jauh dari orang tua, jauh dari teman-teman SMA, jauh dari teman nongkrong, bertemu orang-orang baru, harus beradaptasi (lagi). Membangun kepercayaan lagi, membangun vibes positif lagi ke orang-orang sekitar. Terakhir, tentu jauh dari sosok yg kutemukan di Agustus 2017 ini. Sial, batinku, aku belum siap untuk semua hal itu. Belum siap berkenalan dengan orang lain, belum siap untuk membangun kepercayaan pada orang lain lagi. Mungkin ini adalah apa yg orang-orang sebut zona nyaman.
Berlanjut ke menjadi mahasiswa, banyak sekali hal hal baru yg bisa dibilang saya ingingkan namun dilain sisi enggan saya inginkan juga. Terpaku pada sosok di masa lampau yg saya temukan pada Agusutus 2017 ini membuatku dilema. Apakah harus mencari pengganti setelah 2 tahunan hanya mengaguminya. Lalu beberapa teman datang silih berganti, menjadi penyemangat dan tiba tiba gugur begitu saja. Entah karena sudah lama tidak menjadi sosok lelaki sejati yg berani ini itu, saya selalu kaku dan terlambat dalam chitchat dengan mereka mereka ini. Hingga pada akhirnya saya berpikir "Mau bagaimanapun sepertinya saya belum siap untuk berpaling dari dia."
Lalu hal baru silih berganti, berkenalan lagi dengan perempuan diberbagai platform media sosial. Sama, berakhir dengan kehilangan. Yang paling berkesan adalah ketika saya menggandrungi salah satu platform media sosial bergambar burung biru. Kita saling bertegur sapa melalui media sosial pesawat kertas sebelum akhirnya memutuskan berkomunikasi sering di platform burung itu. Entah bagaimana aku percaya bahwa beberapa hal yg kulakukan itu seolah-olah perjuangan harga mati yg diberi lampu hijau olehnya. Seperti lelaki pada umumnya, aku juga senang, nyaman dan tidak berekspetasi akan hal itu. Sampai pada situasi dimana ia berkata jujur bahwa dia sedang menjalin hubungan dengan lelaki lain. Sayangnya, mengetahui dia sudah bersama orang lain membuatku ya sedikit kecewa seperti lelaki pada umumnya.
Menurutku itu sangat sangat berkesan, hahaha. Kalo kata orang sekarang virtual ya? Kehilangan kedua, lalu ada lagi situasi dimana aku terlalu nyaman dengan virtual. Kali ini lebih hebat lagi, perempuan ini 2 tahun lebih tua dariku. Meskipun berujung kehilangan kembali, aku masih bersyukur dipertemukan dengan mereka mereka yg memberi pelajaran hidup. Kami selalu berkirim kabar, menanyakan kesibukan, membantu satu sama lain, dan sering sekali telfon-telfonan. Meskipun dia 2 tahun lebih tua, dia juga sama manjanya sepertiku, sama kekanak-kanakannya sepertiku. Ah sial, kenangan kenangan ini terbayang lagi ketika aku menulis cerita ini.
Pernah suatu hari perempuan yg 2 tahun lebih tua ini sangat manja sekali. Ingin ngobrol terus, dan beberapa kali sering menjadi alarmku, haha. Pernah suatu hari disebrang telfon dia sempat berkata "ih, baru banget bangun ya? suaranya lucu" dan diakhiri dengan ketawa kecil. Sepertinya perempuan ini lebih berkesan dari sebelumnya haha. Singkat cerita pun perempuan ini juga menghilang karena selain berambisi lulus lebih cepat kita juga makin jarang berinteraksi.
Setelah itu, kurasa berbagai usaha selalu ditujukan pada kehilangan. Aku merasa sepertinya rasa ini tertambat kembali pada sosok di masa lampau, Agustus 2017. Sampai pada akhirnya pandemi menyerang ibu pertiwi ketika Agustus 2020. Semakin enggan untuk memulai hubungan dan lain sebagainya. Sampai pada akhirnya, di awal bulan Agustus 2021 sekali lagi, aku menjatuhkan hati pada sosok yg baru kutemui. Entah bagaimana kelanjutannya semoga yg terbaik saja.
Teruntuk perempuan ketika SMA di bulan Agustus 2016;
sosok yg meneduhkan jua di Agustus 2017;
teruntuk perempuan dari Jakarta yg saya temui di media sosial pesawat kertas dan burung biru;
dan juga perempuan di Jogja yg lebih 2 tahun dariku;
Terimakasih pernah memberi pelajaran hidup, meskipun tidak menjadi teman hidup, paling tidak kita sama-sama menjadi makin dewasa bukan?
Teruntuk Agustus 2016, semoga menemukan rumah kembali dan kenyamanan yg sempat tertunda, selamat berbahagia.
Teruntuk Agustus 2017, semoga perjalanan hidupmu diberi kelancaran, selamat kuliah
Teruntuk Agustus 2019, semoga langgeng dengan lelaki itu, selamat dan semangat buat kerjanya.
Teruntuk Agustus 2020, semoga lekas wisuda, dilancarkan semuanya, selamat menempuh kehidupan yg lebih hebat dan semoga menemukan suara suara yg lebih lucu lagi.
Teruntuk Agustus 2021, maaf kalo belum bisa bersua kembali dalam waktu dekat. Semoga dilancarkan pula semuanya dan Selamat pula untuk pertemuan kita beberapa waktu lalu.
Pada akhirnya, bukan ucapan selamat tinggal yg saya ucapkan kepada bulan ke-13 ini. Perjalananku mungkin tidak sehebat kisah cintamu, tidak serumit perjuanganmu, tidak seindah kebersamaan kalian semua yg membaca. Namun, percayalah dari perjalanan ini, aku jadi makin dewasa menyikapi segala sesuatunya. Meskipun di selamat tinggal ada kata selamat, bukan berarti perpisahan itu menyedihkan. Perpisahan itu harusnya dirayakan, dengan atau tidak bersamanya.
Yap, seperti yang kalian pikirkan patah hati ini terjadi di bulan Agustus. Satu kejadian ini belum pantas bukan untuk disebut sebagai bulan kehilangan? Awalnya aku hanya berpikir bahwa mungkin ini hanya kebetulan belaka sampai kalo diingat-ingat lagi beberapa kisah patah hati ini muncul ketika bulan Agustus. Bulan Agustus, bulan kemerdekaan, aku sempat berpikir bahwa bulan kemerdekaan ini adalah kemerdekaan juga bagi hubungan-hubungan yg sedang aku jalani.
Singkat cerita, Agustus 2016 telah usai. Kini berganti menjadi Agustus 2017. Masih memikirkan hal yg sama, belum terlampaui untuk berhasil melupakan kenangan di Agustus 2016, aku masih ingat ketika itu tahun tahun pertama menuju tahun kedua di SMA aku sedikit menutup diri, entah bagaimana ceritanya ketika tahun kedua, akhirnya aku menemukan lagi satu sosok dimana dia yg mampu membantuku melupakan perihal kenang-kenang di tahun 2016.
Dia yg pada akhirnya membuatku mampu bertahan selama hampir 3 tahun mungkin, atau bahkan sampai sekarang. Dipertemukan olehnya mungkin menjadi salah satu hal yg luar biasa, aku jadi lebih mampu untuk bertahan dalam 1 pilihan yg aku sendiri juga gatau apakah masih bisa bertahan meskipun tidak sesuai keinginan. I think, Agustus 2017 bukan lagi menjadi bulan kehilangan bagiku, tapi lebih ke bulan penemuan. Sebab, pada dasarnya kita sebagai manusia selalu menginginkan hilang, lenyap, tidak ada dari muka bumi. Padahal, yg sebenernya kita butuhkan adalah ditemukan.
Berlanjut ke Agustus 2018 aku masih mengagumi 1 sosok yang kutemukan di Agustus 2017. Sudah berjalan 1 tahun bukan? Sepertinya tidak ada yang spesial sampai pada akhirnya pada 2019 saya lulus dan menjadi seorang mahasiswa. Jauh dari orang tua, jauh dari teman-teman SMA, jauh dari teman nongkrong, bertemu orang-orang baru, harus beradaptasi (lagi). Membangun kepercayaan lagi, membangun vibes positif lagi ke orang-orang sekitar. Terakhir, tentu jauh dari sosok yg kutemukan di Agustus 2017 ini. Sial, batinku, aku belum siap untuk semua hal itu. Belum siap berkenalan dengan orang lain, belum siap untuk membangun kepercayaan pada orang lain lagi. Mungkin ini adalah apa yg orang-orang sebut zona nyaman.
Berlanjut ke menjadi mahasiswa, banyak sekali hal hal baru yg bisa dibilang saya ingingkan namun dilain sisi enggan saya inginkan juga. Terpaku pada sosok di masa lampau yg saya temukan pada Agusutus 2017 ini membuatku dilema. Apakah harus mencari pengganti setelah 2 tahunan hanya mengaguminya. Lalu beberapa teman datang silih berganti, menjadi penyemangat dan tiba tiba gugur begitu saja. Entah karena sudah lama tidak menjadi sosok lelaki sejati yg berani ini itu, saya selalu kaku dan terlambat dalam chitchat dengan mereka mereka ini. Hingga pada akhirnya saya berpikir "Mau bagaimanapun sepertinya saya belum siap untuk berpaling dari dia."
Lalu hal baru silih berganti, berkenalan lagi dengan perempuan diberbagai platform media sosial. Sama, berakhir dengan kehilangan. Yang paling berkesan adalah ketika saya menggandrungi salah satu platform media sosial bergambar burung biru. Kita saling bertegur sapa melalui media sosial pesawat kertas sebelum akhirnya memutuskan berkomunikasi sering di platform burung itu. Entah bagaimana aku percaya bahwa beberapa hal yg kulakukan itu seolah-olah perjuangan harga mati yg diberi lampu hijau olehnya. Seperti lelaki pada umumnya, aku juga senang, nyaman dan tidak berekspetasi akan hal itu. Sampai pada situasi dimana ia berkata jujur bahwa dia sedang menjalin hubungan dengan lelaki lain. Sayangnya, mengetahui dia sudah bersama orang lain membuatku ya sedikit kecewa seperti lelaki pada umumnya.
Menurutku itu sangat sangat berkesan, hahaha. Kalo kata orang sekarang virtual ya? Kehilangan kedua, lalu ada lagi situasi dimana aku terlalu nyaman dengan virtual. Kali ini lebih hebat lagi, perempuan ini 2 tahun lebih tua dariku. Meskipun berujung kehilangan kembali, aku masih bersyukur dipertemukan dengan mereka mereka yg memberi pelajaran hidup. Kami selalu berkirim kabar, menanyakan kesibukan, membantu satu sama lain, dan sering sekali telfon-telfonan. Meskipun dia 2 tahun lebih tua, dia juga sama manjanya sepertiku, sama kekanak-kanakannya sepertiku. Ah sial, kenangan kenangan ini terbayang lagi ketika aku menulis cerita ini.
Pernah suatu hari perempuan yg 2 tahun lebih tua ini sangat manja sekali. Ingin ngobrol terus, dan beberapa kali sering menjadi alarmku, haha. Pernah suatu hari disebrang telfon dia sempat berkata "ih, baru banget bangun ya? suaranya lucu" dan diakhiri dengan ketawa kecil. Sepertinya perempuan ini lebih berkesan dari sebelumnya haha. Singkat cerita pun perempuan ini juga menghilang karena selain berambisi lulus lebih cepat kita juga makin jarang berinteraksi.
Setelah itu, kurasa berbagai usaha selalu ditujukan pada kehilangan. Aku merasa sepertinya rasa ini tertambat kembali pada sosok di masa lampau, Agustus 2017. Sampai pada akhirnya pandemi menyerang ibu pertiwi ketika Agustus 2020. Semakin enggan untuk memulai hubungan dan lain sebagainya. Sampai pada akhirnya, di awal bulan Agustus 2021 sekali lagi, aku menjatuhkan hati pada sosok yg baru kutemui. Entah bagaimana kelanjutannya semoga yg terbaik saja.
Teruntuk perempuan ketika SMA di bulan Agustus 2016;
sosok yg meneduhkan jua di Agustus 2017;
teruntuk perempuan dari Jakarta yg saya temui di media sosial pesawat kertas dan burung biru;
dan juga perempuan di Jogja yg lebih 2 tahun dariku;
Terimakasih pernah memberi pelajaran hidup, meskipun tidak menjadi teman hidup, paling tidak kita sama-sama menjadi makin dewasa bukan?
Teruntuk Agustus 2016, semoga menemukan rumah kembali dan kenyamanan yg sempat tertunda, selamat berbahagia.
Teruntuk Agustus 2017, semoga perjalanan hidupmu diberi kelancaran, selamat kuliah
Teruntuk Agustus 2019, semoga langgeng dengan lelaki itu, selamat dan semangat buat kerjanya.
Teruntuk Agustus 2020, semoga lekas wisuda, dilancarkan semuanya, selamat menempuh kehidupan yg lebih hebat dan semoga menemukan suara suara yg lebih lucu lagi.
Teruntuk Agustus 2021, maaf kalo belum bisa bersua kembali dalam waktu dekat. Semoga dilancarkan pula semuanya dan Selamat pula untuk pertemuan kita beberapa waktu lalu.
Pada akhirnya, bukan ucapan selamat tinggal yg saya ucapkan kepada bulan ke-13 ini. Perjalananku mungkin tidak sehebat kisah cintamu, tidak serumit perjuanganmu, tidak seindah kebersamaan kalian semua yg membaca. Namun, percayalah dari perjalanan ini, aku jadi makin dewasa menyikapi segala sesuatunya. Meskipun di selamat tinggal ada kata selamat, bukan berarti perpisahan itu menyedihkan. Perpisahan itu harusnya dirayakan, dengan atau tidak bersamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar