21.8.23

Sendu #Cerpen


Entah sudah berapa kali aku menatap langit kelabu di kota ini. Memandang bagaimana masa depanku dimulai. Berharap sekali lagi mampu mengulang waktu. Ah, sialan. Mana ada mesin waktu di dunia ini? Alat fiksi itu hanya ada di tontonan hiburan untuk bocah. Rupanya seperti ini ya rasanya menjadi dewasa? 
Padahal sewaktu kecil menjadi dewasa adalah hal pertama yang terlintas di benakku ketika semua yang ku impikan benar-benar dapat ku dapatkan. Menolak tidur siang, hanya ingin bermain, tidur jam 8 malam, hanya mengerjakan tugas sekolah di rumah, diberi uang jajan, diberi tempat tinggal dan juga makanan.

Ternyata menjadi dewasa tidak semenyenangkan itu ya? Mengapa? 
Pundakmu terlalu berat untuk semua masalah yang kau hadapi seorang diri ya? 
Kepalamu terlalu bising untuk hari esok ya?
Hatimu terlalu lembut untuk hidup yang keras ini?
Telingamu mau pecah karena mendengarkan semua ocehan keluhan manusia di sekitarmu?
Sedangkan mulutmu, hanya membisu tatkala kau butuh didengarkan bukan?

Kau tak harus terlihat kuat setiap harinya, kawan. Kau boleh sesekali menyatakan ingin berhenti namun kemudian memulai kembali. Kau boleh sesekali sesenggukan kemudian bergumam dan mengangguk dengan yakin. Kau boleh menangis di pojokan kamar dan hanya mendengarkan lagu Ghea Indrawari ─ Jiwa Yang Bersedih kalau menurutmu itu berkaitan dengan kisahmu.

Dunia ini memang kejam, kau tak harus menjadi bajingan untuk bisa merasa bahagia. Kau pun tak harus menjadi lemah untuk bisa meraih segalanya. Berhentilah sejenak, tak harus berjalan pelan. Duduklah, barangkali kau bisa menumpahkan kisahmu di sini. 

Terkadang, pemandangan paling indah adalah ketika kita berjalan perlahan agar pandangan kita tidak kabur, sehingga semua keindahan dunia akan terlihat jelas dan nyata. Demikianlah hal-hal sederhana yang membuatmu tersenyum dan mereda dari pilu. 

Mari bersuka untukmu yang lama memendam dalam diam. 
Mari saling memeluk untukmu yang seringkali ingin remuk.
Mari menyatu dan bahagia untukmu yang terlalu lama merasakan sendu dan lara.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar