Semburat jingga di langit telah tertutupi oleh terangnya pancaran bulan. Masih di tempat print yang makin malam makin berisik oleh deru motor dan suara printer yang mengadu satu sama lain.
Hesa masih sibuk menghitung total hasil print, hasil jilid, pembelian ATK dan lain sebagainya. Sementara Putri terlihat sesekali membantu ketika ada customer yang merasa kesulitan ketika akan mencetak lembar tugasnya. Sedangkan di sisi lain kehidupan, Heru masih menatap dalam dalam cahaya rembulan malam itu.
****
"Put, minta tolong abis ini kamu cek pemasukan yang malam ya, takut ada yang kelewat karena tadi abis maghrib rame banget kayak kampanye caleg." Ucap Hesa memecah keheningan.
"Siap pak bos." Jawab Putri.
"Cong, kenapa diem aja daritadi? Kesurupan tiang listrik lo?" Kali ini Hesa melemparkan omongannya kepada Heru yang sedari tadi hanya merokok dan memandangi bulan.
Tidak ada jawaban, asapnya masih tebal mengepul di sekitar pintu masuk tempat print itu. Melihat hal itu, Hesa langsung menoleh pada Putri dan dengan tatapan ketakutan seperti akan diancam nyawanya Putri berjalan gontai menghampiri Heru.
"M-Masss Heru." Ucap Putri sedikit gugup.
Heru masih tidak bergeming, ia masih terlihat linglung.
"Put aku mau bikin kopi dulu ya di dalem, kamu mau gak?" Hesa bertanya.
Putri hanya menggeleng pelan sembari mencoba mencolek pundak Heru.
"Eh, sorry Put. Gara-gara ngerokok di pintu masuk ya. Sorry sorry, Put." Heru baru bergeming setelah pundaknya jadi sabun colek dan mencoba ingin mematikan rokoknya sebelum dicegah oleh Putri.
"Eh engga kok mas kalo itu mah gapapa. Kata Mas Hesa ada 3 tipe orang yang gak boleh diganggu. Mas Heru ini salah satunya, jadi Putri gak akan ngelarang kok kalo Mas Heru mau ngerokok. Kecuali Mas Heru jadi kurir narkoba baru Putri larang, bahkan Putri cepuin ke polisi."
"HAHAHA, mana ada cowo ganteng gini jadi kurir narkoba. Emang 3 tipe orang itu apa aja Put?" Heru bertanya penasaran.
Nih kata Mas Hesa, orang tipe 1 yaitu cewe yang lagi haid atau datang bulan, orang tipe 2 yaitu cowo yang kalo ngerokok terus dia hembusin asepnya panjang atau berat banget ..."
Belum menyelesaikan obrolannya, Hesa terlihat membawa dua gelas kopi susu dan beberapa roti di sebuah nampan.
"Her, nih jatah hari ini."
"Bentar, tadi Putri ngasih tau 3 tipe orang yang gaboleh diganggu versi lo Hes. Tipe ke 3 emang apa Put tanggung banget gara gara ini kecebong ini masuk." Ledek Heru.
"Kalajengking ngondek, udah dibawain kopi sama roti juga masih aja ngeledek." Balas Hesa.
"ROTI APAAN INI ANJINGG MASA MERKNYA AVANZA." Rutuk Heru.
"EH KUTIL KUDA. LO TINGGAL MAKAN DOANG SUSAH BANGET NYET BANYAK REQUEST KAYAK CIPUNG."
"MUKA LO NOH MIRIP CAPUNG."
"Bisa ga kalo lagi ngobrol gausah berantem? Udah kayak suami istri aja kalo urusan berantem kompak banget. Nih mau aku lanjutin yang tadi Mas Her." Putri memecah pertengkaran hebat dua lelaki di hadapannya.
"Jadi orang tipe 3 yang gaboleh diganggu itu orang yang lagi berak." Lanjut Putri.
Hesa hanya menahan tawa karena pundaknya masih terlihat sedikit bergetar. Sedangkan Heru nampak seperti setan di film film yang berwarna merah dan mengeluarkan tanduk. Lebih mirip logo salah satu partai di Indonesia. Diambilnya satu roti lalu dilempar tepat ke muka Hesa.
"EMANG MANUSIA TOREN AIR. LO BESOK GAUSAH BIKIN APA-APA VERSI LO DEH. GAJELAS BANGET ANJING. DARI CEWE PMS, COWO STRESS TERUS KENAPA TIBA TIBA JADI ORANG BERAK SIH BABI?"
Hesa terkekeh dan menerima roti avanza yang dilemparkan oleh Heru lalu kemudian ia membuka dan mengunyah roti itu hingga habis sembari masih terbawa suasana lucu barusan.
"EH DENGER KANGURU CHINA." Hesa kali ini bisa membalas.
"Kanguru adanya di Australia Mas Hesaaaa." Putri mengoreksi perkataan sepupunya yang entah sejak kapan IQ-nya sudah turun drastis.
"Lah, emang di China gaada kanguru? Kalo di kebon binatangnya gimana? Siapa tau mereka ngelakuin maxim kan tukeran antara kanguru sama panda." Sahut Hesa.
"Maxim? Maxim kan ojol Mas Hesa. Astaga."
"Bukan ojol, itu loh yang kegiatan kirim barang ke luar negeri sama ambil barang buat masuk ke negeri kita. Maxim kan namanya?" Tanya Hesa polos.
"EKSIM ONTAAAA. EKSPORT - IMPORT NAMANYA!!!" Heru kembali protes dengan nada sewotnya.
"HEHEHE... Kalau lo ga terima bahwa orang tipe 3 adalah orang yang berak yaudah kali ini versi revisi ya. Ada 3 tipe orang yang gaboleh diganggu adalah cewe yang haid karena unstable emotional dan juga di beberapa kasus, cewe bisa sangat sensitif terhadap hal hal kecil baik secara fisik maupun perasaan, lalu yang kedua adalah cowo yang menghembuskan rokok sekuat tenaga udah kayak kuli proyek yang artinya dia juga sedang stress berat dan berharap asap rokok tadi dapat membawa serta keluar problematika kehidupannya, dan yang ketiga adalah orang yang lagi sholat. Puas lo?"
Sepertinya tidak ada bantahan dari Heru yang artinya pendapat barusan adalah valid atau bisa juga karena Heru sudah malas berdebat dengan salah satu umbi umbian yang telah menyediakan kopi dan roti kepadanya.
"Lo minum dulu gih, gue tau lo masih kepikiran soal Icha kan daritadi? Gue rasa tempat ini bakalan sepi udah jam tutup juga sih. Jadi lo bisa cerita sekarang Her." Berbeda dengan tadi yang penuh amarah dan sewot, kini nada yang terlontar dari umbi-umbian itu lebih dalam dan berperasaan.
"Put, tadi uang yang pemasukan dari abis maghrib udah kamu cek belum?" Hesa bertanya.
"Udah mas, aman kok. Ini udah mau tutup mas?" Tanya Putri.
"Iya, kamu rapiin meja admin ya, aku mau tutup rolling door, nyapu sama ngerapiin kursi." Sahut Hesa.
Ditengah kesibukan duo Wijaya itu, Heru hanya menyeruput kopi susu buatan Hesa lalu berdiri dan ikut merapikan kursi dan juga sisa potongan kertas. Hingga akhirnya jam sudah menunjukkan pukul 21.27 WIB dimana sudah seharusnya mereka tutup.
"Eh mas jangan tutup dulu. Saya mau beli." Suara perempuan dari pintu masuk itu menggema di ruangan yang sudah hampir tutup itu. Perempuan itu terlihat masih muda dengan daster motif bunga yang dipadukan dengan cardigan rajut berwarna ijo sage.
"Silakan mbak, masuk aja gapapa." Hesa mencoba ramah melayani pembeli terakhir di hari itu.
"Maaf ya mas kalo jadi tutup telat, ini adek saya aneh-aneh aja. Barusan dia inget kalo disuruh bawa buku halus buat besok, tadi udah nyari nyari di tempat print sama fotokopian udah pada tutup, untung toko masnya masih buka."
"Iya mbak, kalo jam segini rata-rata emang udah pada tutup sih. Maklum kita cuma tempat print biasa mbak bukan Mie Gacoan Dinoyo yang buka 24 Jam." Sahut Hesa sambil terkekeh.
"Mbakkk, adek mau beli tipe x juga biar kayak temen temen di sekolah." Bocah kecil yang mengenakan setelan batman lengkap dengan jubah dan topengnya itu kini mulai berbicara sesaat setelah Hesa mengira bahwa mbak mbak berdaster yang mirip Nana Mirdad ini membawa sebuah action figure yang sangat realistis.
"Boleh dek, mau tipe x yang mana? Nih dipilih aja. Ini harganya 5 ribu, yang ini 7 ribu sama yang ini 9 ribu." Hesa menunjukkan pilihan tipe x pada action figure batman ini berbagai jenis dari yang termurah hingga yang paling mahal sembari ia memeriksa stok buku halus.
"Oh iya ini buku halusnya, gimana dek jadi pilih tipe x yang mana?" Hesa lanjut bertanya.
"Ah jelek banget di sini, masa tipe x yang kayak punya temen temen adek gaada sih mbak?" Bocah lelaki dengan topeng hitam mirip kucing garong itu secara tidak sadar menghina WIJAYA PRINT yang memiliki tagline kami adalah 'Bandung Bondowoso'.
"Ssst, adek kok gitu ngomongnya gaboleh gitu dong. Ayo minta maaf sama masnya." Mba Nana Mirdad itu meminta maaf kepada Hesa sembari cengar cengir menahan malu, karena di toko itu selain ada Hesa, percakapan mereka juga didengarkan oleh Putri dan Heru, yang sekarang Heru sedang mencoba menyuapi Putri namun ditolak dengan halus. Tak lupa alunan lagu NDX AKA yang berjudul Kelingan Mantan terputar sebagai lagu latar WIJAYA PRINT malam itu.
"Hahaha gapapa mbak, emang adeknya nyari tipe x model apa kok bisa gak ada? Jangan salah dek di sini itu lengkap loh. Bahkan kemarin sampe ada bapak-bapak nanyain soto madura ke saya." Sambung Hesa.
"Eh, jualan soto madura juga mas di sini?" Tanya mbak Nana Mirdad itu terkejut.
"Ehmm, engga juga sih mbak. Disini jualan alat tulis aja mbak, mentok jualan minum gak sampe yang jualan soto madura juga, hehe." Kali ini Hesa yang cengar cengir ketika menjawab.
"Ih masnya, saya kira beneran jualan soto madura."
"Itu loh mas, tipe x yang dibuat balapan. Tipe x trondol." Sahut bocah itu tanpa sekalipun membuka topeng batmannya. Hesa berasa sedang ngobrol dengan alter ego dari Bruce Wayne.
"Setau saya trondol tempat pakan burung di Tumpang." Sahut Hesa polos.
"Ih masnya norak banget, cariin dong mas di ucup." Kata bocah itu. Mungkin yang Batman kecil itu ingin katakan adalah YouTube, platform video untuk mengetahui gimana bentukan tipe x trondol itu.
Hesa lalu memberi kode kepada Heru untuk menemaninya.
"Nah mas ini namanya Ucup dek, coba kamu tanya." Sahut Hesa.
"YEUU BULU BABI, KIRAIN ADA APAAN NGODE NGODE KESINI. DIJADIIN UMPAN DOANG." Heru terlihat kesal.
"Eh bentar dulu Her, lu tau ga tipe x trondol? Adek ini lagi nyari tipe x trondol di sini, gue taunya trondol pakan burung di Tumpang." Pinta Hesa.
"Aduh maaf nih mas malah jadi mengganggu gini, udah buku halusnya aja gapapa mas jadi repot repot begini." Mbak Nana Mirdad itu merasa sungkan karena Hesa dan yang lainnya memang sudah mau tutup.
"Gapapa mbak, biar Mas Ucup ini yang nyariin." Hesa masih memanggil Heru dengan nama baru pemberian Bruce Wayne mini itu.
Heru menyuruh Hesa untuk geser lalu mengambil salah satu benda di rak gantungan deretan sticky notes lalu memberikan pada bocah itu. Rupanya itu adalah tipe x kertas yang sedang viral karena dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menyerupai kendaraan balap.
"Nah ini bener tipe x trondol, makasih ya Mas Ucup. Nah udah mbak, ayo pulang." Sahut bocah itu.
"Eh sebentar bayar dulu ini." Kata Mbak Nana Mirdad yang sedari tadi sudah pusing dengan kosakata trondol ini.
"Totalnya jadi 15 ribu Mbak."
"Makasih ya Mas, maaf kalo merepotkan pas mau tutup begini."
"Gapapa Mbak, mampir lagi yaa dek kapan-kapan. Beli aja barang-barang aneh kayak mio karburator, footsteep NMAX, nanti biar Mas Ucup yang nyariin. Mas Ucup ini emang keren banget orangnya." Kata Hesa sembari menepuk pundak Heru.
"Good Job, Cup, besok gaji kamu saya naikkan 2x lipat." Kata Hesa sembari membuang sampah yang telah menumpuk pada pengki.
Putri yang daritadi sibuk menata meja dan mematikan komputer admin serta seluruh komputer di situ menghampiri Heru dan bertanya.
"Sejak kapan Mas Heru kerja sama Mas Hesa? Terus sejak kapan ganti nama jadi Mas Ucup?"
(BERSAMBUNG . . . #4)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar