29.3.23

Sudut Kota #Cerpen


Tepat setelah kehilanganmu, aku berusaha menyusuri sudut kota ini. Mencari makna bahwa apa yang sebenarnya sedang kau rahasikan dariku? Bahkan beberapa orang merasakan hal yang sama perihal kepergianmu. Kau tau? Dari sekian banyak pertemuan, pada dirimulah aku menyerah untuk tidak pernah mau berpisah. Dari sekian banyak penolakan di dalam hidupku, pada dirimulah aku menyerah untuk mengatakan "aku menerimamu".

Nyatanya bahkan di bagian paling damai di kota ini, tak juga kutemukan dirimu. Apakah dirimu memang menghilang? Reinkarnasi? Ah persetan dengan itu, aku tidak percaya dengan takhayul seperti itu. Semenjak kepergianmu udara di kota ini terasa semakin dingin. Kau selalu menyukai udara dingin bukan? Untuk menyejukkan hati dan kepala katamu. 

Merepotkan sekali ternyata berkeliling 2 jam dan tidak menemukan apapun. Mungkin memang seharusnya kau tak pernah ada di kota ini. Mungkin memang tak seharusnya kau masuk dan tumbuh seperti parasit di otakku. Sialan. 

Sepertinya perjalananku cukup sampai disini, aku mematikan rokok dan berpamitan kepada penjaga warung yang masih muda atau bisa kutebak dia masih di bawahku 2 tahun, mungkin?

"Mbak saya pamit dulu ya, semoga lancar dagangannya." kataku mencoba ramah.
"Oalah iya mas, hati hati ya, semoga temannya lekas kembali. Manusia memang begitu mas, ketika ada tidak diperhatikan, ketika hilang dicari tidak karuan. Tapi saya berharap temen mas cepet balik ya, sayang kalo belum nyobain kedai pak pi'i atau takjil di Jl. Sudirman." Perempuan itu balik menjawab.

Sial. Ada apa dengan jawaban itu?


2 komentar: